Catatan Kunjungan Tanpa Batas di Kota Probolinggo
Sebuah catatan perjalanan untuk terus tumbuh, belajar memantaskan diri, berusaha menjadi insan yang terus meningkatkan diri ke arah lebih baik.
Karena hidup adalah perihal belajar untuk bertahan dan bertumbuh,
karena gagal adalah ujian jelang masa kejayaan.
Tak perlu membenci kegagalan sebab dialah yang membuat kita siap
dimasa mendatang, saling bahu membahu baiknya dilangsungkan demi tercapainya
sebuah mimpi.
Pagi yang cerah 28 Agustus 2023, Awali perjalanan dari Kota
Surabaya bersama tim Tuban dan tim
Probolinggo. Kami membagi perjalanan
dan kali ini saya mendapatkan
kesempatan untuk berkunjung Kota Probolinggo-Jawa Timur untuk bertemu dengan
orang-orang luar biasa disana dengan berbagai pengalaman mereka.
Setelah hampir dua jam perjalanan, tepat jam 09.00 wib saya menginjakkan kaki di Kota Mangga julukan Kota Probolinggo. Kota yang indah dengan suguhan hiruk pikuk keramaian layaknya kota lain pada umumnya.
Kota ini merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota di
sebelah timur, yakni Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Lumajang,
dengan kota-kota di sebelah barat seperti Pasuruan, Malang, dan Surabaya.
Kota Probolinggo terkenal dengan sebutan Kota Bayuangga sebagai
kepanjangan dari kota angin (bayu), kota anggur dan kota mangga. Di musim
kemarau setiap bulan Juli hingga September bertiup angin kencang yang disebut
angin gending. Komoditas unggulan sektor perkebunan dari Kota Probolinggo
adalah anggur dan manga namun sayang sekali saya datang pada waktu yang tidak
tepat karena mangga baru berbunga dan buahnya masih kecil-kecil, tapi hal ini
tidak mengurangi semangat saya untuk bertemu dengan orang-orang luarbiasa
diwilayah ini untuk belajar dan tumbuh bersama.
Tim Paramitra yang diwakili oleh Ibu Asyah dan pak Fadholin adalah
orang pertama yang saya temui selaku tuan rumah. Selain tuan rumah tapi juga
sebagai kakak dalam proses belajar dan tumbuh bersama dalam menangani persoalan
mata. "Kita satu darah dalam program, hanya dilahirkan berbeda hari,
bulan, atau bahkan tahun dengan proses lahir yang berbeda. Tapi, saya percaya
jika ikatan keluarga mampu memberi semangat untuk saling berbagi dan mengasihi
satu sama lain."
Inclusive System for Effective Eye-care adalah sebuah program
penanggulangan gangguan penglihatan yang dikerjakan bersama baik di NTT maupun
di Jawa Timur sehingga mempertemukan kami dalam satu rahim perjuangan untuk
melukis nusantara ini dengan lukisan indah mata inklusi. Pelaksanaan program
ini sudah terlebih dahulu dilaksanakan di wilayah ini sehingga tidak salah jika
sebagai adik haruslah belajar dari kakak.
Dalam proses ini, tim I-SEE NTT mendapatkan gambaran secara
lengkap hasil akhir dari program ini. Banyak kegiatan yang terlaksana dengan
baik dan sangat bermanfaat bagi semua pihak di Kota Probolinggo dan Kabupaten
Tuban, tentu tak lepas dari kerja-kerja tim yang hebat.
Sambutan hangat tim Paramitra mengawali langkah saya untuk bertemu
lagi dengan orang-orang hebat lainnya. Cuaca cukup panas disiang hari namun
tidak mengurangi semangat saya untuk bertemu dengan rekan-rekan tenaga medis
terlatih yang disebut Perawat Mata Masyarakat atau Community Eye Nurse,
Dokter-dokter terlatih di Puskesmas dan tidak kalah penting adalah Kader Mata.
Mereka adalah inovator-inovator hebat dalam karya mereka yang
berada di garda terdepan upaya penanggulangan gangguan penglihatan di tingkat
masyarakat. Kolaborasi antara Kader,CEN dan Dokter terlatih sangat terlihat
dalam inovasi di puskesmas sehingga rutin melayani masyarakat dengan melakukan
edukasi, scrining mata dan merujuk ke Poli Mata jika ditemukan kasus katarak
maupun non katarak yang membutuhkan layanan operasi.
Pelayanan mereka tidak berhenti disitu karena walaupun tidak ada anggaran khusus untuk penanggulangan gangguan penglihatan di puskesmas tapi mereka dapat melakukan inovasi dengan menggunakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk pelaksanaan kegiatan gangguan penglihatan dengan melakukan inovasi dimana kegiatan yang sudah ada dalam perencanaan dapat diselipkan dalam kegiatan untuk gangguan penglihatan.
Tim paramitra berhasil menciptakan kolaborasi yang sangat apik
dari trisula ditingkat masyarakat (Kader,CEN dan Dokter
Puskesmas), terutama kader yang sangat aktif dan militan. Mereka menamakan
diri mereka adalah aktifis mata bukan lagi sekedar kader dengan embel-embel
legalitas. Keaktifan kader ini tidak lepas dari proses pengorganisasian yang
sangat kuat dari tim Paramitra terutama membangun semangat kesukarelaan dengan
menggunakan istilah “Aktifis Kesehatan Desa”. Kalau dianalogikan, mereka
(Kader,Cen dan Dokter Puskesmas) adalah trisula yang tajam untuk upaya
penanggulangan gangguan penglihatan di tingkat masyarakat.
Karena begitu tajamnya trisula di masyarakat ini berdampak pada
peningkatan penanganan kasus gangguan penglihatan yang dapat tertangani dengan
baik di Rumah Sakit. Hal ini diungkapkan langsung oleh dr. Ammar Rusmans, Sp.M
dan dr. Dian Purnomo, Sp.M. Angka rujukan dari puskesmas makin tinggi karena
kesadaran masyarakat juga makin tinggi.
Bahkan pelayanan di Rumah Sakit Rizani sudah membuat konsultasi
bila ada pasien yang tidak bisa ditangani secara medis terkait kesehatan mata.
Pojok konsultasi itu melibatkan salah satu organisasi penyandang disabilitas di
pertuni. Hal ini merupakan respon yang sangat baik dalam mempersiapkan layanan
yang berkesinambungan ditingkat Rumah Sakit.
Saya mendapat kesempatan untuk bertemu
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam program mulai dari Kader Kesehatan
mata, Community Eye Nurse (CEN)/Perawat Mata Masyarakat, Kepala Pusekesmas,
Pihak Rumah Sakit penyedia layanan poli mata, Pengurus Komite Mata Daerah
(KOMATDA), Pengurus Desa Sehat Mata, Dokter Spesialis Mata, anggota Organisasi
Penyandang Disabilitas (OPDis), Guru-guru sekolah setingkan SLTP/Madrasah,
Penerima manfaat baik penerima kacamata, pasien katarak dan pasien low vision.
Walaupun Program I-SEE NTT tidak
menangani low vision namun pada kegiatan
ini sangat memberi pelajaran bagi tim setidaknya bisa melengkapi rencana
project integrasi di Kabupaten Kupang.
Selain itu banyak inovasi-inovasi yang
didapat bisa direplikasi di NTT seperti kunjungan rumah untuk netra baru,
layanan pojok mata di dusun-dusun, pengembangan skrining di kampung-kampung,
media KIE seperti poster-poster dipasang di layanan-layanan public, Program
mata masuk dan terintegrasi dengan bagian lain dalam upaya kesehatan berbasis
masyarakat seperti posyandu, posbindu dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Terbentuknya Komite Mata Daerah (KOMATDA) dan Desa Sehat Mata yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati maupun keputusan Kepala Desa sudah bisa memberi kekuatan komitmen pemerintah daerah terhadap keberlanjutan pendanaan oleh pemerintah daerah.
Desa sehat mata dan Puskesmas melakukan
banyak inovasi-inovasi untuk mengembangkan program-program penanggulangan
gangguan penglihatan di Probolinggo.
Guru-guru di sekolah juga tidak
ketinggalan untuk melakukan berbagai upaya untuk turut mengambil bagian dalam
upaya penanggulangan gangguan penglihatan bagi anak-anak didik mereka dalam bentuk
edukasi skrining dan rujukan kasus low vision.
Pihak Rumah Sakit dan Dokter Spesialis
Mata menyediakan layanan yang bermutu dan akses bagi semua orang tidak hanya
untuk gangguan penglihatan saja namun untuk semua jenis penyakit.
Teman-teman anggota Organisasi
Penyandang Disabilitas juga dilibatkan dalam program ini untuk bersama-sama
berupaya dengan kemampuan mereka terutama dalam hal advokasi layanan yang akses
dan layanan yang berkelanjutan terutama bagi netra baru.
Dinas Kesehatan juga sudah mulai
berbenah diri terutama dalam hal pencatanan dan pelaporan terkat dengan
penanggulangan gangguan penglihatan di dua wilayah intervensi I-SEE Jawa Timur.
Satu hal yang terpenting adalah manfaat
dari program penanggulangan gangguan penglihatan ini dirasakan sepenuhnya oleh
warga masyarakat yang mendapatkan pelayanan. Banyak pasien operasi katarak
telah merasakan dampak positif dari keberadaan program kesehatan mata. Mereka
merasakan, bila sebelumnya hidup tergantung kepada orang lain, setelah
menjalani operasi sudah bisa mandiri.
Dalam diskusi dengan pasien dan keluarga
pasien bahwa dukungan keluarga pasien katarak menjadi krusial karena beberapa
kasus operasi yang berhasil karena kuatnya dukungan keluarga. Sebaliknya,
operasi yang gagal seringkali justru disebabkan tidak adanya dukungan
keluarga.
Namun dengan banyak pasien yang sudah
tertolong bisa menjadi contoh untuk warga yang lain. Bahkan beberapa anggota
keluarga pasien dan juga pasien sendiri sudah menjadi pembawa pesan positif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mata.
Pembelajaran-pembelajaran ini tentu
sangat bermanfaat bagi saya dan tim I-SEE NTT karena dapat menjadikan
pembelajaran ini sebagai bahan untuk dapat diterapkan nanti di NTT.
Satu hal yang menjadi point penting pembelajaran bagi saya dari proses belajar dan tumbah
bersama kali ini bahwa "Inovasi adalah kunci untuk membuka pintu masa
depan, dan kreativitas adalah kuncinya”.
Dalam sebuah diskusi ringan dengan sahabat dari Tuban, Marsudi
namanya melontarkan pertanyaan, kita ini sedang melukis nusantara ini dengan
lukisan mata inklusi, mari kita bergerak untuk melukisnya bersama.Pergilah ke
dunia saat ini dan mengasihi orang-orang yang Anda temui. Biarkan kehadiran
cahaya lampu baru di hati orang-orang.
Agar cahaya lampu tetap menyala, kita harus terus mengisi minyak
di dalamnya. Caranya cukup mudah, yaitu dengan beramal, membagi ilmu, belajar dan
tumbuh bersama.
Terimakasih tim Paramitra, terimaksih juga buat tim CBM Global
yang terus memberi kesempatan bagi kami untuk terus belajar dan tumbuh bersama.